Perempuan dan Sumpah Pemuda
Selasa, 30 Oktober 2012
Tanggal Thursday, October 4th, 2012
Sumpah Pemuda sudah melewati rentang sejarah 84 tahun. Sumpah Pemuda
adalah komitmen dari para pemuda yang menyuarakan, Bertanah Air Satu,
Tanah Air Indonesia, Berbangsa Satu Bangsa Indonesia dan Berbahasa Satu
Bahasa Indonesia. Komitmen para pemuda 84 tahun silam ini kembali
diungkapkan oleh Ketua BKOW Provinsi Bali Anak Agung Ayu Ngurah Tini
Rusmini Gorda, SH,MM,MH saat bincang-bincang dengan Imob Educare.
Sumpah pemuda memang mengingatkan kepada generasi masa kini betapa idealisme, identitas dan integritas adalah fondasi utama yang menyokong kemapanan sebuah bangsa. Sejatinya idealisme, identitas dan integritas bangsa terbentuk dari karakter generasi yang penuh totalitas. ”Perempuan dalam kapasitas sebagai ibu adalah pengontribusi pertama dalam pembentukan karakter generasi. Sejak bayi berada dalam rahim ibu, pembentukan karakter sudah berproses,” ujar Ketua Perdiknas ini.
Sumpah pemuda memang mengingatkan kepada generasi masa kini betapa idealisme, identitas dan integritas adalah fondasi utama yang menyokong kemapanan sebuah bangsa. Sejatinya idealisme, identitas dan integritas bangsa terbentuk dari karakter generasi yang penuh totalitas. ”Perempuan dalam kapasitas sebagai ibu adalah pengontribusi pertama dalam pembentukan karakter generasi. Sejak bayi berada dalam rahim ibu, pembentukan karakter sudah berproses,” ujar Ketua Perdiknas ini.
Menurut Gung Tini, tidak dipungkiri betapa
besarnya peran perempuan dalam kemapanan bangsa. Gung Tini lalu mengutip
pendapat Napoleon Bonaparte bahwa perempuan, di tangan kirinya menggendong anak, melalui tangan kanannya menggerakkan dunia.
Kata-kata bijak warisan Napoleon Bonaparte ini tidaklah berlebihan bila
ditelusuri lebih dalam, karakter bangsa adalah kumpulan dari karakter
para keluarga. ”Dalam totalitas geraknya yang optimal, perempuan
bertanggung jawab terhadap dua ranah kehidupan yaitu ranah domestik dan
ranah publik dan para perempuan yang mampu menggapai ranah publik harus
membereskan tugas domestiknya terlebih dahulu,” ujarnya.
Menurut pengajar di Universitas Pendidikan
Nasional ini, tugas domestik adalah segala kegiatan yang berkaitan
dengan rumah tangga dan jejaringnya. Ranah publik adalah tugas-tugas
perempuan di luar rumah yang menyangkut karir dan profesi yang ditekuni.
”Jadi jelas untuk bisa maju ke dua ranah ini perempuan bukan hanya
dituntut pintar, rajin, gigih dan bekerja keras tetapi juga harus
trampil membagi waktu agar semua selesai dengan kwalitas yang dapat
dipertanggungjawabkan,” ujar ibu dua putri ini.
Banyak pihak mengakui bahwa perempuan
memiliki daya cipta, daya juang dan daya tahan yang tinggi.
Permasalahannya adalah apakah perempuan sudah menyadari potensinya dan
mengaktualisasikan diri seoptimal mungkin untuk mengisi setiap peluang
yang ada? Kata dia, di jaman ini sudah banyak perempuan yang sukses di
ranah publik. Lihat di sekeliling kita, di dunia pendidikan mulai dari
level TK sudah banyak diisi oleh kaum perempuan, begitu juga profesi
lainnya seperti dokter, polisi, politisi dan dunia usaha.”Ini bukti
bahwa emansipasi yang didengungkan oleh RA Kartini semakin berwujud
nyata. Kita harus menyukurinya dengan meningkatkan terus peran perempuan
ini sesuai dengan perkembangan jaman,” ungkapnya.
Lebih lanjut perempuan yang aktif di sejumlah
organisasi sosial kemasyarakatan ini mengatakan ada banyak celah yang
harus diisi oleh perempuan karena jaman selalu berubah dan menuntut
untuk responsif dan adaptif. Menurut Gung Tini setiap perubahan adalah
peluang baru yang menuntut pengetahuan baru, jadi belajarlah dan terus
belajar.
Tentang dunia pendidikan, putri dari tokoh
pendidikan Bali Prof.Dr. IGN Gorda ini berpendapat dunia pendidikan saat
ini sedang berevolusi, ada hal yang positif dan negatif terjadi karena
kebijakan yang kurang tepat. Kata dia penghapusan pelajaran Pendidikan
Moral Pancasila dan Budi Pekerti berakibat timbulnya degradasi bagi
pertumbuhan pembentukan karakter generasi masa kini. Padahal setelah
keluarga, sekolah adalah estafet berikut yang harus menyambung proses
pembentukan karakter ini.”Jadi sekolah adalah partner yang
paling hakiki bagi keluarga untuk proses bertumbuhnya karakter terutama
dari keseluruhan waktu yang ada setengahnya anak berada di sekolah
sehingga mata pelajaran yang bermuatan pendidikan karakter harus masuk
ke dalam kurikulum dan dievaluasi implementasinya,” tegas istri dari AA
Bagus Ngurah Agung ini.
Belakangan ini banyak sekali prahara terjadi
di negeri ini yang buntutnya disebabkan oleh lemahnya karakter generasi.
Prahara yang terjadi itu mulai dari kekerasan dalam rumah tangga,
kekerasan dalam pendidikan sampai penyalahgunaan wewenang, korupsi di
berbagai lini seolah-olah sudah tersistem dan sangat sulit didobrak dan
diputus mata rantainya.”Generasi Emas yang akan menjawab semua
permasalahan karakter yang terjadi saat ini. Generasi Emas layaknya
filosofi emas akan berkilau dan punya nilai karat yang berkwalitas,
merupakan generasi yang handal harapan bangsa yang akan mengawal bangsa
ini ke arah kemapanan,”katanya penuh optimis.
Dikatakannya membentuk generasi emas adalah
sebuah tema yang didengungkan Pemerintah yang terkait dengan pembentukan
karakter. Menurut Gung Tini, sebagai organisasi wanita yang konsen
dengan pendidikan dan pemberdayaan, BKOW sedang melakukan Roadshow
terkait pembentukan karakter untuk membentuk Generasi Emas. Dalam waktu
dekat BKOW akan mengundang OSIS dan wakilnya untuk diberikan workshop pembentukan karakter dalam Youth Camp berdurasi 3 hari 2 malam. “Setelah selesai mengikuti camp,
diharapkan anak-anak OSIS akan menularkan ke teman lainnya, setidaknya
mereka praktekan untuk dirinya sendiri sebagai panutan siswa berkarakter
di sekolah. Diharapkan kegiatan ini dapat menggugah organisasi lainnya
yang peduli dengan karakter bangsa,” ungkap Gung Tini.
Dikatakannya, kegiatan apapun di luar jam
pelajaran seperti ekstrakurikuler dan lainnya sebaiknya tetap efektif
diterapkan asalkan kegiatan-kegiatan tersebut terfokus pada tujuan
semula. Dan latihannya dilakukan dengan kreatif dan menyenangkan. Bila
kegiatan apapun yang dilakukan di sekolah berorentasi pada lomba dan
mengejar kemenangan, muatannya sudah bergeser yakni berat ditumpangi
oleh gengsi sekolah demi sebuah kemenangan. ”Kalau sudah begini saya
berani simpulkan kegiatan tersebut tidak membentuk apa-apa selain
arogansi yang dipicu sebuah gengsi. Maka hindarilah, mari selamatkan
karakter generasi,” ujarnya lagi.
Tentang emansipasi perempuan Gung Tini
katakan, emansipasi saat ini sudah sangat maju. Kiprah perempuan sebagai
partner pasangannya sudah semakin eksis dan terbukti kerja nyatanya.
Namun tak dipungkiri ada beberapa peluang yang belum sanggup digapai
sepenuhnya oleh perempuan. “Kita lihat kuota 30% di percaturan politik,
perempuan nampaknya kurang siap, ini mungkin akibat dampak dari
pendidikan keluarga dulu yang notabene membedakan perlakuan antara anak
laki dan perempuan di rumah,” ujar Gung Tini.
Ia menegaskan kaum perempuan tidak boleh
pesimis. Semua harus bahu membahu mengharumkan nama perempuan. Perempuan
yang mampu mestinya mengajak perempuan lain untuk ikut sukses, maju
setinggi-tingginya dengan mawas diri seperti apa kata MC Cartney, kita ada bukan untuk saling bersaing, kita ada di sini untuk saling melengkapi."Majulah
wanita, kita adalah tulang rusuk pasangan kita, untuk bergandeng tangan
menyeragamkan derap langkah meraih kesuksesan bersama,” demikian Gung
Tini mengakhiri wawancara dengan kalimat ‘Perempuan Tangguh Akan Mencetak Generasi Unggul’.
URL : http://purigedekarangasem.blogspot.com/2012/10/perempuan-dan-sumpah-pemuda.html
0 komentar:
Posting Komentar